Masa remaja adalah masa penuh perubahan, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Remaja menghadapi banyak tekanan: dari sekolah, keluarga, teman sebaya, media sosial, hingga harapan terhadap masa depan. Dalam proses menyesuaikan diri dengan tekanan tersebut, tak jarang remaja mengalami stres, bahkan depresi. Sayangnya, banyak orang tua dan guru tidak menyadari tanda-tandanya, karena perubahan emosi pada remaja kerap dianggap sebagai hal “wajar” dalam proses tumbuh dewasa.
Padahal, jika stres dan depresi tidak ditangani sejak dini, bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan masa depan remaja. Oleh karena itu, penting bagi kita — orang tua, pendidik, dan lingkungan sekitar — untuk memahami ciri-ciri remaja yang mungkin sedang mengalami gangguan kesehatan mental.
Perubahan emosi adalah hal normal dalam masa pubertas. Namun, jika seorang remaja menunjukkan emosi yang sangat fluktuatif, seperti marah berlebihan, menangis tanpa sebab yang jelas, atau sering merasa sedih berkepanjangan, itu bisa menjadi tanda adanya stres atau bahkan depresi. Perubahan mood yang tidak konsisten, apalagi jika disertai dengan ledakan emosi atau penarikan diri yang mendadak, perlu diperhatikan lebih lanjut.
Remaja yang dulunya aktif dan suka bersosialisasi, tiba-tiba menjadi pendiam, menolak berkumpul dengan keluarga, atau menjauhi teman-temannya, bisa jadi sedang menghadapi tekanan berat. Menarik diri dari lingkungan sosial merupakan ciri khas depresi. Mereka merasa tidak punya energi atau motivasi untuk bersosialisasi, atau bahkan merasa tidak pantas berada di sekitar orang lain.
Remaja yang mengalami stres atau depresi sering mengalami gangguan tidur: sulit tidur, sering terbangun tengah malam, atau justru tidur berlebihan (hipersomnia). Pola makan mereka juga bisa berubah — ada yang kehilangan nafsu makan, ada pula yang makan berlebihan sebagai pelarian dari stres. Perubahan ini, jika terjadi terus-menerus, dapat memengaruhi kondisi fisik dan psikis mereka secara signifikan.
Tiba-tiba nilai pelajaran anjlok? Remaja kehilangan minat belajar atau sering bolos sekolah? Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa mereka sedang menghadapi tekanan berat secara emosional. Stres dan depresi membuat konsentrasi terganggu, mempengaruhi daya ingat, serta menurunkan motivasi belajar.
Depresi tidak hanya menyerang mental, tetapi juga fisik. Remaja sering mengeluh sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal, atau merasa lelah terus-menerus tanpa sebab medis yang jelas. Gejala fisik ini sering kali merupakan manifestasi psikosomatis dari stres dan depresi.
Jika seorang remaja sering mengatakan bahwa dirinya “gagal,” “tidak berguna,” “tidak ada yang peduli,” atau “hidup ini tidak ada artinya,” maka itu adalah alarm serius. Perasaan rendah diri yang mendalam dan rasa putus asa merupakan tanda khas dari depresi. Kalimat-kalimat semacam ini tidak boleh diabaikan.
Dalam beberapa kasus, remaja yang mengalami tekanan berat akan melakukan tindakan berisiko seperti menyakiti diri sendiri (self-harm), menggunakan zat adiktif, atau bahkan mencoba bunuh diri. Ini adalah sinyal bahwa mereka benar-benar membutuhkan pertolongan profesional secepatnya.
Sayangnya, banyak tanda ini dianggap sebagai “drama remaja” atau “sikap manja”. Sebagian orang tua dan guru tidak terbiasa mendeteksi masalah mental karena masih minimnya pemahaman tentang pentingnya kesehatan psikologis.
Namun, justru karena masa remaja adalah masa pembentukan jati diri dan fondasi kehidupan dewasa, maka intervensi dini sangat penting. Deteksi dini bisa menyelamatkan remaja dari potensi gangguan mental yang berkepanjangan.
Bangun Komunikasi Terbuka
Jadilah pendengar yang aktif. Biarkan anak remaja berbicara tanpa dihakimi. Ciptakan suasana di mana mereka merasa aman untuk mengekspresikan emosi.
Perhatikan Bahasa Tubuh dan Perubahan Kebiasaan
Jangan hanya fokus pada kata-kata. Perhatikan sikap, gestur, dan perubahan rutinitas harian mereka.
Berikan Dukungan Emosional Tanpa Tekanan
Tunjukkan bahwa Anda hadir untuk mereka, tanpa harus memaksa mereka “cepat sembuh” atau “jadi kuat.”
Ajak Bicara dengan Profesional
Jangan ragu untuk mengajak remaja berbicara dengan psikolog. Intervensi psikologis bukan tanda kegagalan sebagai orang tua, melainkan bentuk cinta dan perhatian yang nyata.
Jika Anda mencurigai bahwa anak, siswa, atau remaja di sekitar Anda mengalami stres atau depresi, jangan menunggu sampai terlambat. Pendampingan dari psikolog profesional dapat membantu mereka mengelola emosinya, menemukan solusi, dan bangkit kembali.
LPT DELTA adalah lembaga psikologi terpercaya yang menyediakan layanan konseling untuk remaja, keluarga, dan individu. Di sana, remaja bisa berkonsultasi secara aman, nyaman, dan rahasia dengan psikolog berpengalaman.
Hubungi Kak Sifa di 0896-6552-9596
untuk mendapatkan jadwal konsultasi atau informasi lebih lanjut mengenai layanan psikologi di LPT DELTA.
💬 Karena setiap remaja berhak merasa didengar, dimengerti, dan dibantu. Jangan ragu untuk bertindak — lebih cepat, lebih baik.
Layanan Psikologi Individu di Jogja – Layanan Psikologi Individu merupakan bagian penting dalam perawatan kesehatan mental seseorang. Di Jogja, sebuah lembaga yang telah terbukti menjadi pemimpin dalam memberikan bantuan psikologis adalah LPT Delta. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih... Selengkapnya
Psikolog Anak di Mojokerto – Memahami perkembangan anak adalah langkah awal untuk memberikan yang terbaik bagi masa depannya. Di Mojokerto, kebutuhan akan psikolog anak semakin meningkat seiring dengan kesadaran orang tua terhadap pentingnya kesehatan mental dan perkembangan emosi anak. Psikolog... Selengkapnya
Terapi eksposur Jogja – Terapi eksposur di LPT Delta, terletak di Jogja, adalah salah satu metode psikoterapi yang telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan kecemasan dan trauma. LPT Delta, sebagai lembaga profesional yang diakui oleh HIMPSI, menyediakan layanan berkualitas... Selengkapnya
Komentar dinonaktifkan: Ciri-Ciri Remaja Mengalami Stres atau Depresi
Maaf, form komentar dinonaktifkan untuk produk/artikel ini